Langsung ke konten utama

Kala itu

Ingat kapan terakhir kali kau hapus airmata dipipiku
Tertawa bahagia karena kemenangan sambil memelukku erat
Aku merindukannya

Melihat bingkai foto kau dan aku tersenyum bahagia
Oh cinta dunia seakan hanya milik kita
Kapan kita melakukannya lagi ?

Tiap waktu saat itu kita selalu bercumbu tak peduli berapa lama
Asalkan bersamamu aku tahu semuanya akan indah
Biasanya mendengar suaramu favoritku

Kebisingan dan suara sumbang seolah tak ada
Aku terlalu peduli pada kita
Aroma tubuhmu penebar semangat 45

Kau bahagiakan aku dalam lalu
Berlalu seperti ragu kemudian bertumpu pada senyummu
Aku selalu tahu kau memiliki segalanya didiriku

Wahai makhluk dari dua masa yang telah berlalu
Eratkan tanganmu ditanganku tanpa menoleh sendu
Mengikatku tanpa berhenti berkata
Aku hanya aku hanya aku

Pernah bilang kau mencintaiku dan berbisik merdu
Sayang kita selamanya dengan ujung tawa
Sempurna tanpa cela disetiap baitnya

Aku tahu sayang
Kau sangat mencintaiku
Dikala itu
Tanpa ragu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Lebaran Tahun Ini

Ini tahun ke empat bagiku untuk menghabiskan Ramadan dan lebaran tak pulang ke rumah. Apa aku benar masih anak dari ibu dan ayahku? Atau aku hanya berpura-pura tegar untuk menutupi semua sedihku, karena banyak hal yang membuatku tak bisa pulang. Kaum rantau yang masih terus mengejar dunia, aku. Sebentar saja jangan rapuh dan jangan menyerah dulu, berusahalah untuk tak meratapi walau sebenarnya sudah mulai terbebani. Bukan lebaran kali ini sayang, kita rencanakan lagi tahun berikutnya. Bukan tahun ini .

Hati Yang Sudah Tak Memanggil Namamu

Dentingan jam dinding malam ini serta dekapan udara musim dingin membuatku tiba-tiba teringat sosokmu. Sudah berapa lama selang aku memutuskan berhenti untuk melihat kemasa ada dirimu. Hempasan ranting pohon yang ditiup angin mengeluarkan melodi yang tak menyenangkan. Aku harap aku sudah tak diingat oleh ratusan orang yang mengenal namaku dan namamu.  Beberapa hari lalu didalam gerbong kereta dengan memperhatikan pepohonan disaat matahari terbenam aku menerima pesanmu memintaku kembali. Aku rasa hilang warasmu tak lagi ada rasa malumu atau sudah tak kau gubris akal sehatmu. Aku berbisik kehatiku, apa kamu bergetar? Tetapi tak ada jawaban. Hatiku tak bergeming meskipun itu kamu yang memanggil namaku. Dengan senyuman, Caroot yang sudah tak menginginkanmu 

Bukan Aku Yang Memulai atau Berharap Mengakhiri

Aku kira lautan yang dalam itu adalah perihal tentang sebuah rasa yang dalam pula Setiap lagu cinta mengutarakan besarnya sebuah perjuangan dan pengorbanan yang tak akan sia-sia Lalu apa yang terjadi dengan hilangnya kabar dan tak terbalasnya pesan Bila pada awalnya rasa itu disuguhkan untuk dibalas dan diterima Atau aku yang tidak paham apa itu kata menunggu ? Aku melihat senja seperti pelupuk mata yang teduh tentang kamu yang tenang disana untukku Ucapan manis bahkan sekedar gurauan tak bertopik darimu bisa membuat senyum palsuku keluar Apa yang terjadi dengan untaian kata manis yang kau bilang akan bertahan selamanya Mungkin saat itu aku lupa waktu adalah penipu ulung tentang semua kata yang terucap Atau aku yang tidak mengerti apa itu kata lelah ? Bukan aku.. Aku tak pernah mengakhiri ragu Aku tak pernah memberi harap palsu Aku tak pernah mengulur kesempatan Bukan, ya itu bukan aku.. Kau lah yang datang tanpa persetujuan dari hati yang kau