Langsung ke konten utama

Aku Masih Ingin Terus Melihat Masa Depan Bersamamu

Aku selalu berfikir kamu akan pergi dan kamu akan hilang. Mataku selalu sering memandangimu dari belakang aku ingin selalu terbiasa melihat punggungmu. Terbiasa melihatmu melangkah lebih awal dariku dan membiasakan diri untuk mundur lebih jauh dari langkahmu. Apa kau tahu alasanku melakukannya, aku ingin menjadi terbiasa jika suatu hari kau benar-benar akan pergi dan meninggalkanku. Puluhan kali aku berfikir kamu tidak akan pergi tapi keyakinanku selalu goyah. Aku tahu tidak ada yang akan selalu bertahan untukku bahkan tak terkecuali kamu.

Masih untuk kamu, aku seperti kehilangan kamu yang 1bulan yang lalu selalu tersenyum manis dan tersipu malu untukku. Aku rindu pelukan hangat kasih sayangmu yang 1bulan yang lalu. Pada masanya kita masih sangat saling percaya dan aku sangat memilikimu utuh. Aku tidak mengerti apa yang terjadi tentang kamu, tetapi aku hanya merindukan sosokmu yang lalu itu saja. Penyayangku yang senantiasa selalu berada disisiku memelukku dengan kelembutan dan menciumku dengan penuh kehangatan. Aku merindukannya.

Bukan waktu yang harus kembali, tetapi seperti aroma keseharian membuatmu seakan jenuh untuk memandangku. Mengalihkan pandangan pada aktifitas yang lebih baik daripada hanya melihat sosokku. Aku lupa aku bukanlah manusia yang bisa menghindar dari rasa kejenuhan seperti itu. Tetapi aku selalu berusaha bertahan untuk kita. Aku selalu ingin terus melihat senyum manis melengkung dibibirmu dan dekapan hangat rangkulan tanganmu dipunggungku. Cukup dengan begitu aku sudah tersihir untuk tak ingin jauh darimu.

Beberapa kali kamu seperti tak mau lagi bertahan untukku. Berkali kamu membuat dadaku sesak hanya dengan kata perpisahan yang selalu saja menjadi ujung dari sebuah keadaan yang rumit. Tetapi bagaimana denganku? Aku selalu berkata tidak untuk ini. Aku selalu ingin meneruskan hari dan melanjutkan waktu denganmu. Aku tak ingin kisahku hanya menjadi butiran rapuh dan alasan bergulirnya tiap tetes air mataku. Kemudian sekarang mulai sadar aku takut untuk kehilanganmu. Bagaimana dengan kamu? Apa kamu merasakannya ? Apa kamu mengerti?

Apapun yang membuatmu bahagia dan tersenyum lepas. Aku ingin menjadi salah satu alasan untuk kebahagiaan dan senyuman itu. Aku ingin menjadi hal terkuat yang membuatmu ingin terus tersenyum. Meskipun sesungguhnya aku tidak terlalu mengerti apa yang kau rasakan saat ini. Aku juga tidak mengetahui apa yang ada dibenakmu saat ini tentang aku ataupun kita. Setidaknya aku selalu ingin melihat senyum itu. Bukankah aku jatuh cinta karena senyuman itu. Bukankan kamu alasan statusku yang berkata "Hati damai melihat ko senyum par beta sayang". Kamu sesungguhnya salah satu alasan dari semua bait kata dan curahan paragraf ini.

Walau tidak semestinya aku memaksakan keadaan apapun yang terjadi antara kita 
Meski kita tak sekuat kita yang beberapa bulan yang lalu
Tapi senyummu tetap menjadi alasan terkuat aku ingin bertahan untukmu
Sesungguhnya bait-bait paragraf diatas hanya kamuflase dari keinginanku yang sesungguhnya
Hal terpenting yang ingin aku ungkapkan hanya satu kalimat saja

"Aku Masih Ingin Terus Melihat Masa Depan Bersamamu"

With Love

Anggi Caroot

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Lebaran Tahun Ini

Ini tahun ke empat bagiku untuk menghabiskan Ramadan dan lebaran tak pulang ke rumah. Apa aku benar masih anak dari ibu dan ayahku? Atau aku hanya berpura-pura tegar untuk menutupi semua sedihku, karena banyak hal yang membuatku tak bisa pulang. Kaum rantau yang masih terus mengejar dunia, aku. Sebentar saja jangan rapuh dan jangan menyerah dulu, berusahalah untuk tak meratapi walau sebenarnya sudah mulai terbebani. Bukan lebaran kali ini sayang, kita rencanakan lagi tahun berikutnya. Bukan tahun ini .

Hati Yang Sudah Tak Memanggil Namamu

Dentingan jam dinding malam ini serta dekapan udara musim dingin membuatku tiba-tiba teringat sosokmu. Sudah berapa lama selang aku memutuskan berhenti untuk melihat kemasa ada dirimu. Hempasan ranting pohon yang ditiup angin mengeluarkan melodi yang tak menyenangkan. Aku harap aku sudah tak diingat oleh ratusan orang yang mengenal namaku dan namamu.  Beberapa hari lalu didalam gerbong kereta dengan memperhatikan pepohonan disaat matahari terbenam aku menerima pesanmu memintaku kembali. Aku rasa hilang warasmu tak lagi ada rasa malumu atau sudah tak kau gubris akal sehatmu. Aku berbisik kehatiku, apa kamu bergetar? Tetapi tak ada jawaban. Hatiku tak bergeming meskipun itu kamu yang memanggil namaku. Dengan senyuman, Caroot yang sudah tak menginginkanmu 

Bukan Aku Yang Memulai atau Berharap Mengakhiri

Aku kira lautan yang dalam itu adalah perihal tentang sebuah rasa yang dalam pula Setiap lagu cinta mengutarakan besarnya sebuah perjuangan dan pengorbanan yang tak akan sia-sia Lalu apa yang terjadi dengan hilangnya kabar dan tak terbalasnya pesan Bila pada awalnya rasa itu disuguhkan untuk dibalas dan diterima Atau aku yang tidak paham apa itu kata menunggu ? Aku melihat senja seperti pelupuk mata yang teduh tentang kamu yang tenang disana untukku Ucapan manis bahkan sekedar gurauan tak bertopik darimu bisa membuat senyum palsuku keluar Apa yang terjadi dengan untaian kata manis yang kau bilang akan bertahan selamanya Mungkin saat itu aku lupa waktu adalah penipu ulung tentang semua kata yang terucap Atau aku yang tidak mengerti apa itu kata lelah ? Bukan aku.. Aku tak pernah mengakhiri ragu Aku tak pernah memberi harap palsu Aku tak pernah mengulur kesempatan Bukan, ya itu bukan aku.. Kau lah yang datang tanpa persetujuan dari hati yang kau