Langsung ke konten utama

2013 dan Sendirian

Ini tulisanku diawal tahun tepatnya ketika semua orang menyebut hari ini adalah hari dimana kita akan memulai semuanya dengan hal-hal baru dan semangat positif.  Tapi sebaliknya bagiku tak ada hal yang terlalu positif yang bisa kuambil ataupun kupelajari. Memang salah jika aku tak memiliki semangat ditahun baru, kurasa tak ada yang salah disini. Apapun yang akan kulakuka adalah yang aku inginkan.

Kita mulai dari akhir tahun tepatnya beberapa jam yang lalu, terlalu banyak hal yang tidak bisa aku terima disini. Bisa dikatakan semuanya tak bisa aku terima dan aku mengerti kenapa harus seerti ini. Aku tak melakukan apapun dimalam tahun baru, tak melihat kembang api, tak mendengar suara terompet dipukul 00.00, tak merasakan makanan lezat yang biasanya menunggu untuk disantap dipesta tahun baru, tapi aku tak seperti itu. Semuanya serba diam, terlantar, tak tersentuh dan hening. Seratus kali aku berpikir dan melihat kedepan, aku rindu kampung halaman. Itulah jawabannya.

Aku terlalu mengeluh terbawa suasana ketika papa menelfonku dan berkata sedang berada dikampung halaman bersama keluarga. Siapa yang takkan sedih ketika mendengar suara papa berkata bahwa mereka disana sangat baik-baik saja. Aku hanya bisa berkata aku baik-baik saja pada papa, ya karena itu adalah jawaban seharusnya. Sejenak diam menutup telfon air mataku mulai turun . Tangisku mulai terisak dan seraya memanggil nama Tuhan "Ya Allah aku ingin bersama meraka sekarang juga". 

Cukup aku mengenang masa lalu, memperhatikan semua yang ada sekarang padahal semua sudah berbeda. Aku bukan anak mama yang harus merengek saat tak dibelikan balon, bukan itu tapi sungguh aku ingin bersama keluargaku tak peduli moment apa saat ini. Aku hanya ingin menikmati hidangan masakan khas kampung halaman bersama, tertawa bersama dan saling meledek tentang hal aneh sekalipun.

Setelah perayaan tahun baruan usai ketika semua orang sudah berjalan menuju rumah masing-masing aku baru mulai keluar dari kamar. Berjalan menyongsong malam menuju tempat minum kopi seperti biasa yang kulakukan dengan temanku. Tak ada yang kami pedulikan dari tahun baru, tak ada yang terlalu istimewa untuk terus melihat tahun baru. Misiku setidaknya tuntas tanpa melihat pesta kembang api ataupun mendengar pekikan suara terompet.

Ketika kembali pulang tidur seharian dan melihat hujan, sekarang aku telah sendirian lagi. Semuanya seperti awal yang harus kujalani sendiri kutempuh sendiri dan kuperjuangkan sendiri. Jemariku terus mengetik dengan cepat agar terus bercerita. Menceritakan kutukan kesendirianku, kesepianku dan kemaha diamanku tentang waktu dan keadaan yang sekarang ini. Setelah menyaksikan film yang sering ditayangkan ketika tahun baru sambil mendengar suara rintikan hujan yang lembut aku meraih payung. Aku berjalan menelusuri jalan yang sepi setapak dan sendirian. Apa yang dilakukan orang sepertiku? Disaat anak berada didalam rumah yang hangat tengah meneguk susu coklat yang dibuatkan mamanya aku lebih memilih untuk berjalan menepi dan sendirian.

Sunyi seperti temanku diawal tahun ini, sunyi seperti menggambarkan padaku ini bukan awal kamu akan melakukan semuanya sendirian tapi ini akan terus menjadi hari-hari yang panjang untukku. Hidupku akan terus berjalan tak ada yang tahu kapan aku akan berada disini sendirian dan kapan aku akan memiliki teman untuk melakukan segalanya bersama. Aku yang sekarang adalah aku yang penakut untuk melihat kedepan. Takut melihat kenyataan bahwa memang tak ada yang berdiri disisiku, saat dimana aku merasa adalah manusia yang paling kesepian dan paling kasihan. Aku tahu ini terlalu berlebihan tapi inilah yang kurasakan.

Apa kamu pernah tak bicara dengan siapapun seharian? Apa kamu pernah tak melihat matahari seharian? Apa kamu pernah tak memandang manusia seharian? Aku tak mau menjadi orang yang pernah melakukan ini. Aku memang selalu sendirian tapi aku juga tak mau terus melihat hal negatif menerawang diotakku tentang masa depan. Belajar menerima kenyataan tepatnya. Pernah terpikir mencari orang baru untuk diajak bicara, tapi percuma aku terlalu cuek dan terlalu sinis untuk berhadapan dengan orang yang terlalu ingin tahu dengan diriku. Aku hanya terlalu sedikit egois kurasa.

Jangan tanyakan tentang teman-teman ataupun pacar padaku saat ini. Karena mereka juga memiliki hidupnya masing-masing. Apa urusanku menyuruh mereka untuk selalu ada. Tak ada manusia yang akan selalu ada untukmu. Aku yang mengalaminya sendiri, aku mengerti rasanya dan mengetahui aslinya. Tuhan menciptakan manusia bukan hanya untuk bersosialisasi tapi juga untuk individual. Aku tak mau merengkuh harapan dan aktifitas siapapun agar tetap berada disisiku. Sangat tidak mungkin memaksakan keadaan dimana setiap orang memiliki sendiri cara mereka untuk bahagia denga teman atau sahabatnya, terkecuali aku dengan kesendirian ini.

Merenung seperti akan terus menangis, jadi aku lebih suka menulis suka bercerita pada makhluk yang tidak bernyawa tapi hidup seperti blogku ini. Tak ada yang lebih setia dari dia ketika aku ingin menceritakan segala hal yang terjad pada diriku.

Untuk kesepian yang tak pernah usai aku menulis diawal tahun 2013 ini.
Selamat datang Tahun kesendirian :') 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Lebaran Tahun Ini

Ini tahun ke empat bagiku untuk menghabiskan Ramadan dan lebaran tak pulang ke rumah. Apa aku benar masih anak dari ibu dan ayahku? Atau aku hanya berpura-pura tegar untuk menutupi semua sedihku, karena banyak hal yang membuatku tak bisa pulang. Kaum rantau yang masih terus mengejar dunia, aku. Sebentar saja jangan rapuh dan jangan menyerah dulu, berusahalah untuk tak meratapi walau sebenarnya sudah mulai terbebani. Bukan lebaran kali ini sayang, kita rencanakan lagi tahun berikutnya. Bukan tahun ini .

Hati Yang Sudah Tak Memanggil Namamu

Dentingan jam dinding malam ini serta dekapan udara musim dingin membuatku tiba-tiba teringat sosokmu. Sudah berapa lama selang aku memutuskan berhenti untuk melihat kemasa ada dirimu. Hempasan ranting pohon yang ditiup angin mengeluarkan melodi yang tak menyenangkan. Aku harap aku sudah tak diingat oleh ratusan orang yang mengenal namaku dan namamu.  Beberapa hari lalu didalam gerbong kereta dengan memperhatikan pepohonan disaat matahari terbenam aku menerima pesanmu memintaku kembali. Aku rasa hilang warasmu tak lagi ada rasa malumu atau sudah tak kau gubris akal sehatmu. Aku berbisik kehatiku, apa kamu bergetar? Tetapi tak ada jawaban. Hatiku tak bergeming meskipun itu kamu yang memanggil namaku. Dengan senyuman, Caroot yang sudah tak menginginkanmu 

Bukan Aku Yang Memulai atau Berharap Mengakhiri

Aku kira lautan yang dalam itu adalah perihal tentang sebuah rasa yang dalam pula Setiap lagu cinta mengutarakan besarnya sebuah perjuangan dan pengorbanan yang tak akan sia-sia Lalu apa yang terjadi dengan hilangnya kabar dan tak terbalasnya pesan Bila pada awalnya rasa itu disuguhkan untuk dibalas dan diterima Atau aku yang tidak paham apa itu kata menunggu ? Aku melihat senja seperti pelupuk mata yang teduh tentang kamu yang tenang disana untukku Ucapan manis bahkan sekedar gurauan tak bertopik darimu bisa membuat senyum palsuku keluar Apa yang terjadi dengan untaian kata manis yang kau bilang akan bertahan selamanya Mungkin saat itu aku lupa waktu adalah penipu ulung tentang semua kata yang terucap Atau aku yang tidak mengerti apa itu kata lelah ? Bukan aku.. Aku tak pernah mengakhiri ragu Aku tak pernah memberi harap palsu Aku tak pernah mengulur kesempatan Bukan, ya itu bukan aku.. Kau lah yang datang tanpa persetujuan dari hati yang kau