Langsung ke konten utama

Kumohon Berhenti

September berlalu, semuanya masih bisa kuatasi menuju bulan berikutnya Oktober berakhir dilanjutkan ke November dan Desember. Kedua bulan ini memberikanku penat, masalah seakan datang tanpa pemberitahuan. Kuakui penghujung tahun ini lama berlalu, ketika semua beban terus menumpuk dibenak dan perasaan ini. Hatiku terluka  merasakan kesakitan hanya saja aku  terus meyakinkan hatiku semua ini akan cepat berlalu. Begitupun kepalaku yang akhir-akhir ini terus kupaksa memikirkan semuanya, setiap detail hal-hal yang terjadi tanpa terduga dariku. Pernah berpikir seberat ini? Ingin lari? Ingin pergi? Ingin kulakukan tapi banyak hal yang membuatku tak bisa melakukannya. Sudah lama rasanya aku ingin bercerita baru kali ini aku ingin menulisnnya beruntut mengetik lama agar semuanya terasa lebih mudah.

Semuanya terasa menyesakkan dan membosankan belakangan ini. Terlalu banyak drama juga perlakuan yang semakin hari semakin membuatku muak. Membuatku semakin enggan peduli, semakin enggan ingin tahu dan semakin enggan untuk dekat. Aku memang tak pernah suka banyak hal tapi bukan tanpa pengecualian. Hanya saja hal yang itu-itu saja membuat kepala ini semakin penuh. Orang-orang sekitar melihat wajah mereka, tingkah laku mereka, hal-hal yang mereka kerjakan. Aku hanya ingin menarik nafas dan berdoa pada Tuhan semoga aku selalu diberikan kesabaran yang lebih setiap harinya.

Aku benci mengingat banyak hal yang membuat kepalaku sakit, aku lebih memilih berhenti berpikir dan diam. Ini diluar kemampuanku hingga malasku lebih mendominasi daripada keinginanku ingin tahu. Seharusnya tak pernah ada kata dekat, terlalu dekat ataupun terlalu ketergantungan. Karena sungguh sangat mengganggu perjalanan hidupku. Oh Tuhan ampuni aku yang selalu mengeluh belakangan ini, lalai perintahmu dan lupa bersyukur. Tapi sungguh Tuhan ini benar diluar kemampuan sehari-hariku. Aku ingin berkata lelah, hanya saja aku tak berhak berkata demikian. Aku tak ingin menyerah tapi ini menjengkelkan. Bisakah masalah ini pergi dengan secepat kilat Tuhan.

Bayangan rumah selalu menghantui setiap harinya membuat setiap hari terasa semakin lama dan semakin membosankan disetiap menitnya. Wajah papa yang selalu muncul seakan menyuruhku pulang dan juga wajah mama yang seakan mengajakku merasakan masakannya. Juga wajah orang-orang yang ada dipulau seberang yang setiap waktu seakan memanggil dan mengajakku untuk bertemu. Siksaan yang terus membuat air mataku lebih sering jatuh dari biasanya. Tekanan demi tekanan yang ditujukan kehatiku. Bisa apa jika sendiri? Bisa apa jika tidak menangisi? Bisa apa jika tak berdoa lebih sering agar hati ini lebih kuat?.

Tangis seperti apapun memang tak pernah bisa menyelesaikan tekanan demi tekanan yang terus kudapatkan setiap harinya. Perlakuan demi perlakuan yang tak pernah kulihat dan kualami sekarang kualami tanpa proses adaptasi. Aku memang takut sendirian tapi aku lebih takut dengan perlakuan orang disekitar yang membuatku semakin tertekan. Hatiku selalu meneriakkan ingin pulang.

Untuk masalah yang setiap hari datang dan menekanku pergilah secepat mungkin.
Aku hanya ingin bahagia, berhenti menekanku.


Kumohon berhenti.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Lebaran Tahun Ini

Ini tahun ke empat bagiku untuk menghabiskan Ramadan dan lebaran tak pulang ke rumah. Apa aku benar masih anak dari ibu dan ayahku? Atau aku hanya berpura-pura tegar untuk menutupi semua sedihku, karena banyak hal yang membuatku tak bisa pulang. Kaum rantau yang masih terus mengejar dunia, aku. Sebentar saja jangan rapuh dan jangan menyerah dulu, berusahalah untuk tak meratapi walau sebenarnya sudah mulai terbebani. Bukan lebaran kali ini sayang, kita rencanakan lagi tahun berikutnya. Bukan tahun ini .

Hati Yang Sudah Tak Memanggil Namamu

Dentingan jam dinding malam ini serta dekapan udara musim dingin membuatku tiba-tiba teringat sosokmu. Sudah berapa lama selang aku memutuskan berhenti untuk melihat kemasa ada dirimu. Hempasan ranting pohon yang ditiup angin mengeluarkan melodi yang tak menyenangkan. Aku harap aku sudah tak diingat oleh ratusan orang yang mengenal namaku dan namamu.  Beberapa hari lalu didalam gerbong kereta dengan memperhatikan pepohonan disaat matahari terbenam aku menerima pesanmu memintaku kembali. Aku rasa hilang warasmu tak lagi ada rasa malumu atau sudah tak kau gubris akal sehatmu. Aku berbisik kehatiku, apa kamu bergetar? Tetapi tak ada jawaban. Hatiku tak bergeming meskipun itu kamu yang memanggil namaku. Dengan senyuman, Caroot yang sudah tak menginginkanmu 

Bukan Aku Yang Memulai atau Berharap Mengakhiri

Aku kira lautan yang dalam itu adalah perihal tentang sebuah rasa yang dalam pula Setiap lagu cinta mengutarakan besarnya sebuah perjuangan dan pengorbanan yang tak akan sia-sia Lalu apa yang terjadi dengan hilangnya kabar dan tak terbalasnya pesan Bila pada awalnya rasa itu disuguhkan untuk dibalas dan diterima Atau aku yang tidak paham apa itu kata menunggu ? Aku melihat senja seperti pelupuk mata yang teduh tentang kamu yang tenang disana untukku Ucapan manis bahkan sekedar gurauan tak bertopik darimu bisa membuat senyum palsuku keluar Apa yang terjadi dengan untaian kata manis yang kau bilang akan bertahan selamanya Mungkin saat itu aku lupa waktu adalah penipu ulung tentang semua kata yang terucap Atau aku yang tidak mengerti apa itu kata lelah ? Bukan aku.. Aku tak pernah mengakhiri ragu Aku tak pernah memberi harap palsu Aku tak pernah mengulur kesempatan Bukan, ya itu bukan aku.. Kau lah yang datang tanpa persetujuan dari hati yang kau