Langsung ke konten utama

Diam

Alunan lagu Beautiful In White
Mengembangkan senyumku saat meminum air gulaku hari itu
Kukirimkan pesan rindu tanda aku sedang mengingatmu
Tak ada balasan tentu saja
Tak apa kataku meyakinkan diri
Sibuknya tak bisa menjawab pesan ataupun merespon panggilan

Aku mendengar dia sedang bahagia
Updatean social media membuatku tersenyum
Dia berhasil menaklukan mimpi
Kukirimkan pesan kali kedua sama saja
Akhirnya aku tahu jawabannya adalah diam

Sejauh apa aku menyakiti
Terlalu dalam luka yang kuberi
Kataku kekepalaku
Tapi aku ingin mendengar suaranya
Tak bisa aku tahu

Temanku kataku
Aku tak kehilangannya kataku
Kemudian aku sadar
Aku kehilangannya benar
Aku tergelak sembari menetes air dipipi
Berapa lagi yang harus hilang

Aku bukan lagi apa-apa kataku
Dia membalas komentar siapa saja 
Tapi bukan komentarku
Aku melihatnya muncul
Aku tahu dia tak lagi melihat

Bahagia ya kata hatiku
Bahagia terus
Pikirkan saja mimpi kataku
Dia manusia tangguh lebih dariku

Ini bukan salahku kataku
Kesalahanku kemudian kutergelak
Aku merindukannya teman sekelasku yang selalu ada

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Lebaran Tahun Ini

Ini tahun ke empat bagiku untuk menghabiskan Ramadan dan lebaran tak pulang ke rumah. Apa aku benar masih anak dari ibu dan ayahku? Atau aku hanya berpura-pura tegar untuk menutupi semua sedihku, karena banyak hal yang membuatku tak bisa pulang. Kaum rantau yang masih terus mengejar dunia, aku. Sebentar saja jangan rapuh dan jangan menyerah dulu, berusahalah untuk tak meratapi walau sebenarnya sudah mulai terbebani. Bukan lebaran kali ini sayang, kita rencanakan lagi tahun berikutnya. Bukan tahun ini .

Hati Yang Sudah Tak Memanggil Namamu

Dentingan jam dinding malam ini serta dekapan udara musim dingin membuatku tiba-tiba teringat sosokmu. Sudah berapa lama selang aku memutuskan berhenti untuk melihat kemasa ada dirimu. Hempasan ranting pohon yang ditiup angin mengeluarkan melodi yang tak menyenangkan. Aku harap aku sudah tak diingat oleh ratusan orang yang mengenal namaku dan namamu.  Beberapa hari lalu didalam gerbong kereta dengan memperhatikan pepohonan disaat matahari terbenam aku menerima pesanmu memintaku kembali. Aku rasa hilang warasmu tak lagi ada rasa malumu atau sudah tak kau gubris akal sehatmu. Aku berbisik kehatiku, apa kamu bergetar? Tetapi tak ada jawaban. Hatiku tak bergeming meskipun itu kamu yang memanggil namaku. Dengan senyuman, Caroot yang sudah tak menginginkanmu 

Bukan Aku Yang Memulai atau Berharap Mengakhiri

Aku kira lautan yang dalam itu adalah perihal tentang sebuah rasa yang dalam pula Setiap lagu cinta mengutarakan besarnya sebuah perjuangan dan pengorbanan yang tak akan sia-sia Lalu apa yang terjadi dengan hilangnya kabar dan tak terbalasnya pesan Bila pada awalnya rasa itu disuguhkan untuk dibalas dan diterima Atau aku yang tidak paham apa itu kata menunggu ? Aku melihat senja seperti pelupuk mata yang teduh tentang kamu yang tenang disana untukku Ucapan manis bahkan sekedar gurauan tak bertopik darimu bisa membuat senyum palsuku keluar Apa yang terjadi dengan untaian kata manis yang kau bilang akan bertahan selamanya Mungkin saat itu aku lupa waktu adalah penipu ulung tentang semua kata yang terucap Atau aku yang tidak mengerti apa itu kata lelah ? Bukan aku.. Aku tak pernah mengakhiri ragu Aku tak pernah memberi harap palsu Aku tak pernah mengulur kesempatan Bukan, ya itu bukan aku.. Kau lah yang datang tanpa persetujuan dari hati yang kau