Langsung ke konten utama

Pergantian Tahun dan Samarnya Rindu


Desar-desir pergantian kalender sudah menyebar keseluruh negeri. Begitu banyak pesta meriah dan acara yang bisa dikunjungi untuk membahagiakan diri. Tetapi hujan ditengah malam hari ini terasa mengibakan hati, aku sudah tak melihat bayanganmu disana. Bergantinya jumlah tahun membuatku menyadari banyak hal karena sepertinya aku memang harus terus pergi. 

Aku masih ingat saat kata rindu dan kata sayang sudah menjadi alasan fatal untuk meninggalkan dan ditinggalkan. Aku masih ingat raut wajah malasmu saat menemaniku melihat riyuhnya suara kembang api. Aku tahu keluhmu tetap akan menemaniku kemanapun aku mau. Memori ini menyebalkan kadang tetapi naluriku sudah mati rasa untuk merasakannya. Sudah terlalu lelah mengingat sendirian tanpamu.

Sejujurnya aku tidak mengagumi tahun baru karena ditahun sebelumnya masih saja aku temui diriku yang sama. Aku hanya berpikir usiaku akan lebih menua dan tanggung jawab akan diriku akan menjadi semakin besar. Aku hanya ingin menikmati hidupku tanpa mengenang masa dimana hari adalah milikku dan milikmu. Memudarkan dan menghilangkan perasaan yang terkadang menyesakkan dada. 

Selamat pergantian tahun 
Semoga rindu ini hilang dibawa waktu
Semoga rasa ini semakin samar-samar seperti kacamataku yang mengembun



Caroot yang mencintaimu

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Lebaran Tahun Ini

Ini tahun ke empat bagiku untuk menghabiskan Ramadan dan lebaran tak pulang ke rumah. Apa aku benar masih anak dari ibu dan ayahku? Atau aku hanya berpura-pura tegar untuk menutupi semua sedihku, karena banyak hal yang membuatku tak bisa pulang. Kaum rantau yang masih terus mengejar dunia, aku. Sebentar saja jangan rapuh dan jangan menyerah dulu, berusahalah untuk tak meratapi walau sebenarnya sudah mulai terbebani. Bukan lebaran kali ini sayang, kita rencanakan lagi tahun berikutnya. Bukan tahun ini .

Hati Yang Sudah Tak Memanggil Namamu

Dentingan jam dinding malam ini serta dekapan udara musim dingin membuatku tiba-tiba teringat sosokmu. Sudah berapa lama selang aku memutuskan berhenti untuk melihat kemasa ada dirimu. Hempasan ranting pohon yang ditiup angin mengeluarkan melodi yang tak menyenangkan. Aku harap aku sudah tak diingat oleh ratusan orang yang mengenal namaku dan namamu.  Beberapa hari lalu didalam gerbong kereta dengan memperhatikan pepohonan disaat matahari terbenam aku menerima pesanmu memintaku kembali. Aku rasa hilang warasmu tak lagi ada rasa malumu atau sudah tak kau gubris akal sehatmu. Aku berbisik kehatiku, apa kamu bergetar? Tetapi tak ada jawaban. Hatiku tak bergeming meskipun itu kamu yang memanggil namaku. Dengan senyuman, Caroot yang sudah tak menginginkanmu 

Bukan Aku Yang Memulai atau Berharap Mengakhiri

Aku kira lautan yang dalam itu adalah perihal tentang sebuah rasa yang dalam pula Setiap lagu cinta mengutarakan besarnya sebuah perjuangan dan pengorbanan yang tak akan sia-sia Lalu apa yang terjadi dengan hilangnya kabar dan tak terbalasnya pesan Bila pada awalnya rasa itu disuguhkan untuk dibalas dan diterima Atau aku yang tidak paham apa itu kata menunggu ? Aku melihat senja seperti pelupuk mata yang teduh tentang kamu yang tenang disana untukku Ucapan manis bahkan sekedar gurauan tak bertopik darimu bisa membuat senyum palsuku keluar Apa yang terjadi dengan untaian kata manis yang kau bilang akan bertahan selamanya Mungkin saat itu aku lupa waktu adalah penipu ulung tentang semua kata yang terucap Atau aku yang tidak mengerti apa itu kata lelah ? Bukan aku.. Aku tak pernah mengakhiri ragu Aku tak pernah memberi harap palsu Aku tak pernah mengulur kesempatan Bukan, ya itu bukan aku.. Kau lah yang datang tanpa persetujuan dari hati yang kau