Langsung ke konten utama

Sang Masa Lalu Yang Tak Pernah Bahagia

Seketika pikiranku mengenang baik dan buruk hari-hari yang telah kulewati setelah perpisahan. Setahun lalu dengan sadarnya jantung hatiku meminta ada hubungan yang harus kuhentikan ditengah jalan. Ini tentang diriku yang sudah beranjak dari masa bahagia adalah milik ku sendiri bukan lagi milik berdua. Ketika cinta saja dan jarak antara mimpi beserta kenyataan sudah tak bisa diukur dengan pola pikirku. Aku memutuskan untuk menyerah. Aku berhenti meminta lalu aku berhenti memanggil rindu dan pada akhirnya aku berhenti memanggilnya cinta. 

Drama hidup baru kurasakan lagi, ini bukan kali pertama sang masa lalu tidak terima dengan kata pisah. Hal ini pernah terjadi entahlah seperti apa aku dimata mereka tentang masa depan. Hari-hari yang berat dan desakan yang membuatku lelah berulang kembali. Aku sadar mungkin hatiku diciptakan bukan hanya untuk hal sepele seperti ini dan hal yang tak berguna ini bukan lah apa-apa. Aku menguasai jalan hidupku ini bukan tentang orang lain ataupun bukan untuk si masa lalu. Aku yang akan menentukan kemana hari akan kujalani. 

Kenyataannya dari setiap kata untuk meminta kembali disitulah tak kulihat bahagia dari dirinya. Setiap tangis dan tawa meledek ataupun penghinaaan serta cacian yang tak henti keluar dari dirinya tentangku. Aku sadar, tak adakah setitik bahagia yang ada pada dirinya tanpa aku. Seharusnya manusia bisa memiliki rasa malu atau berpikir untuk sedikit menghargai bagaimana rasanya dibenci atas semua mimpi. Aku jarang mengingat dan memperdulikan perkataan manusia tetapi kali ini biarlah begitu saja. Aku akan mengingatnya sebagai rasa iba dan kasihan atas dirinya yang kehilangan hidup atas nama bahagia. Bahagia yang bagiku tak ada yang bisa memberikannya padamu kecuali dirimu ingin memilikinya.

Hidupmu bukanlah urusan orang lain, sudah bukan lagi urusanku jadi menjauhlah dari hidup orang-orang yang bila kamu berkata “hai” saja sudah sangat membuat rongga dada tak tenang dan tak nyaman. Hiduplah dengan dirimu yang kamu punya karena egois dan teratur seperti inginmu. Kebahagiaanmu sudah bukan lagi urusan siapapun apalagi aku, tetapi bila kamu tak bahagia semoga orang sekitarmu bisa memberimu sedikit rasa itu kalau tidak berarti itu tetaplah urusanmu. Aku tahu tak ada gangguan darimu jika social media ataupun aplikasi chat memiliki pertemanan denganku, hanya saja aku sudah tak ingin ada dirimu disekitarku. Dari setiap hal-hal yang kusenangi dari teman-teman yang ada disekitarku tak ingin kujumpai namamu ataupun tentangmu. Bagiku lebih baik begini karena bila aku menjadi baik maka tetap saja setiap kata dari mulutmu adalah hal tak berguna yang akan merusak hari-hariku.

Tentang kita dimasa lalu biarlah tinggal dimasa lalu, setiap cinta yang sudah terjalin dan terputus, setiap perkataan indah yang berakhir dengan kebencian, setiap perilaku manis yang berubah menjadi masa bodoh, setiap dosa kecil dan dosa besar yang pernah kita lakukan di masa lalu, dan semua hal yang telah berakhir ditanganku tentang kita. Aku sudah tak ingin semua ini terulang kembali apalagi membiarkanmu untuk mengetahui hari-hari serta hidup yang sedang kujalani sekarang untuk masa depanku. Sudah tak ada lagi dirimu atau namamu yang ikut serta disini. Aku sudah merelakanmu sejak setahun lalu dihari-hari kelabu itu semuanya aku sudah melepaskanmu rasa cinta atau rasa nyaman itu sudah tak ada yang tersisa. Setahun yang melelahkan karena bila kupikirkan lagi kamu akan selalu ada disana untukku ya kamu ada disana tetapi bukan kamu yang kuinginkan. Aku pikir dengan berkomunikasi bisa membuat kita menjadi semakin dewasa untuk sekedar berteman saja tetapi tidak bagimu. Kita sudah tidak bisa diperbaiki dan kita hanya lah masa lalu yang pernah ada bagi hidupku. Kita memang seperti teman terbaik bila bersama tetapi kita juga adalah musuh terburuk bagi diriku sampai hari ini. Semua hal yang kamu ketahui tentang diriku adalah hal yang membuatmu semakin tak menyukai apa yang ada pada diriku. Aku hidup dengan diriku sesuai dengan inginku bukan lagi apa yang baik dimatamu dan harus kuturuti. Sudah tak ada kamu dimana-mana dan dihati sekalipun. Aku tahu setiap kataku adalah hal jujur dan terkejam dari diriku atasmu. 

Ini lah kenyataannya walau terkadang aku memang merindukanmu masih terbesit ingin sekedar berbicara tetapi bukan berarti aku menginginkanmu kembali, tak ada dibenakku menginginkan kata kembali atas kita. Aku hanya saja masih menganggapmu teman baik yang mungkin bisa kuajak untuk bicara tentang hidup. Ternyata tidak begitu dimatamu dan tidak bagi dirimu. Keputusan tentang menjadikanmu masa lalu tidak akan pernah kusesali dan tak akan pernah kutarik ulang. Kamu hanya akan hidup dimasa laluku bukan masa sekarangku ataupun masa depan. Kamu hanyalah masa lalu.

Kepada masa lalu yang tak pernah merasa bahagia aku harap ini adalah tulisan terakhirku tentang dirimu. Walau pada akhirnya dari semua kata manisku dimasa lalu harus berakhir dengan tulisan ini, hal yang tak pernah kubayangkan akan menulis ini. Maafku atas semua kata dan ucap yang menyakiti sejak berpisah serta tulisan ini. Aku sudah memaafkan semua perkataan dan sikapmu dari dilubuk hatiku tetapi bukan berarti akan kulupakan. Aku akan membuat semua tekanan dan kata buruk itu sebagai motivasi untuk hidup yang lebih baik serta pelajaran berharga. 

Satu pesanku jangan pernah kembali atau hanya sekedar bertanya kabar. Hidup lah dengan dirimu, bahagiamu sudah bukan lagi urusanku seperti kalimat yang kau tulis terakhir kepadaku. Pegang lah kata-kata itu dari hari kamu mengucapkannya sampai nanti sampai waktu membuat kita lupa bahwa kita pernah ada dimasa lalu masing-masing.

Tolong tinggal dan hidup di masa laluku saja
Semoga kamu mencari bahagiamu setelah menemukan tulisanku ini
bye M

Ditulis dengan ditemani musim dingin negeri kangguru
Anggi Z/ Caroot


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Lebaran Tahun Ini

Ini tahun ke empat bagiku untuk menghabiskan Ramadan dan lebaran tak pulang ke rumah. Apa aku benar masih anak dari ibu dan ayahku? Atau aku hanya berpura-pura tegar untuk menutupi semua sedihku, karena banyak hal yang membuatku tak bisa pulang. Kaum rantau yang masih terus mengejar dunia, aku. Sebentar saja jangan rapuh dan jangan menyerah dulu, berusahalah untuk tak meratapi walau sebenarnya sudah mulai terbebani. Bukan lebaran kali ini sayang, kita rencanakan lagi tahun berikutnya. Bukan tahun ini .

Hati Yang Sudah Tak Memanggil Namamu

Dentingan jam dinding malam ini serta dekapan udara musim dingin membuatku tiba-tiba teringat sosokmu. Sudah berapa lama selang aku memutuskan berhenti untuk melihat kemasa ada dirimu. Hempasan ranting pohon yang ditiup angin mengeluarkan melodi yang tak menyenangkan. Aku harap aku sudah tak diingat oleh ratusan orang yang mengenal namaku dan namamu.  Beberapa hari lalu didalam gerbong kereta dengan memperhatikan pepohonan disaat matahari terbenam aku menerima pesanmu memintaku kembali. Aku rasa hilang warasmu tak lagi ada rasa malumu atau sudah tak kau gubris akal sehatmu. Aku berbisik kehatiku, apa kamu bergetar? Tetapi tak ada jawaban. Hatiku tak bergeming meskipun itu kamu yang memanggil namaku. Dengan senyuman, Caroot yang sudah tak menginginkanmu 

Hai, Selamat Datang Uda di Kehidupan Uni

Aku menjadi saksi kisah cinta mereka, sahabatku. Mungkin tidak sempurna tapi biarkan aku mencoba menceritakan ulang. Dia adalah sahabat lamaku, dari sekolah menengah atas satu kelas dan juga suka membuat onar bersama. Sekarang sudah kepala dua masih sama senyum dan sifatnya tetaplah sahabatku. Terakhir kali bertemu dia menangis karena sang pujaan hati sudah memiliki sandaran kasih yang baru. Aku mencoba memberinya saran dan solusi juga seorang teman baru yang kini dia panggil Uda. Biarku coba menjadi dia agar cerita indah ini bisa nyaman kamu baca dan pahami perlahan. Aku sedang menangisi kekasih lamaku siang hari tanpa sebab hanya saja aku ingin menangis. Aku tidak mengerti kenapa air mataku tidak bisa berhenti mengalir terus saja membasahi pipi, teriakanku kedalam tak terdengar hanya air mata saja. Aku pun bercerita kepada sahabatku, memintanya mencarikanku teman baru agar luka hati yang tak ku mengerti ini bisa berlalu. Selang dua hari dia mengabariku, katanya dia me