Aku lamunkan ingatan pada hari-hari secepat kilat yang telah terjadi. Aku sedang ingin menuliskan untaian kisah haru rasa cinta atau manis senyumanmu, aku bingung. Aku menyibukkan isi kepala untuk segera sadar dan menerima bahwa sekarang ada dirimu tuan dihariku. Masih dalam pola merangkai kata untuk menggambarkan sosokmu tuan. Ada waktumu untuk sebentar membaca dirimu dalam tulisanku ?
Aroma kota ini terasa lebih familiar dari yang aku duga. Aku sempat merasa khawatir dan sedikit takut untuk beradaptasi dengan keramaian. Saat masa menyesuaikan diri inilah kamu menemukanku sedang sendiri. Aku masih takjub dengan apa yang aku lakukan dikota ini sekarang.
Mobil sport kecintaanmu yang biasa kamu panggil kekasihmu malam itu tiba-tiba terparkir didepan halaman rumahku. Aku hendak tergelak dengan apa yang sedang kusaksikan didepan rumah saat itu. Aku melihatmu tersenyum membukakan kaca jendela mobil dan menyapa riang seolah aku adalah teman yang telah kamu kenal bertahun. Aku tidak ingin memujimu karena memang malam itu aku bisa merasakan seolah kamu melihatku seperti sosok teman lama.
Mobilmu secepat kilat membawa kita menelusuri dinginnya malam musim semi. Ramah dan sopanmu masih tak berubah terutama kegemaranmu untuk berbicara tanpa henti. Kamu mengajakku berkenalan dengan aroma laut kota tempat tinggalmu. Tak henti kamu memuji keindahannya seolah aku tak boleh melewatkan sedikitpun penjelasanmu. Kamu putuskan untuk memberhentikan mobil didepan mercusuar raksasa yang merupakan ikon dari kota ini. Kita memandang ombak dan cahaya laut pantulan dari lampu jalan. Aku berbisik pada hatiku , entah siapa lelaki ini sampai memperlakukan aku bak teman yang telah lama tak ia temui. Ini adalah kali pertama bagiku menatap laut pada tengah malam bersama tuan ini disampingku.
Kita mulai membicarakan banyak hal dan menceritakan bagian-bagian dari hari yang tak sempat kita bagi sebelumnya. Sang tuan bercerita bagaimana sepinya hari-hari sendiri tanpa yang dicinta menyertai. Jauhnya pelukan ayah dan ibu diseberang benua berbeda sempat membuat pilu ulu hati. Aku ingin peluk sedihnya dan berkata pelan “sabar tuan, semua akan baik-baik saja” sama seperi kata penyemangat yang selalu dia ucapkan untukku. Hanya saja aku tak ucapkan dengan segampang itu. Aku biarkan telingaku mendengar semua cerita dan luka yang dimilikinya. Tuan bertubuh tegap tinggi serta perawakan keras dan kuat ini hanyalah lelaki biasa yang sedih saat rindu. Dia kembali seperti anak kecil yang sangat merindukan kecintaannya. Bukannya kisahku dan dia sebenernya tak jauh berbeda ? Tetapi kenapa aku merasa haruku tak terbendung ingin sekali menguatkan hatinya.
Malam semakin larut, angin laut semakin kejam dingin dan kencangnya. Kita pulang dengan perasaan lega entah karena selepas bercerita atau karena sudah melihat desiran ombak. Selama diperjalanan pulang kepalaku mengajakku untuk bekerja memikirkan tuan disampingku ini. Apa tuan ini mampu membuat hatiku juga ikut bekerja ? Seolah berbisik ringan mengucap “ Apa tak ingin kau beri tuan ini tempat untuk pulang ?”. Aku tak ingin mengandaikan waktu juga pemahaman panjang tentang jatuh cinta. Pada bab tulisan ini aku hanya menceritakan keinginanku untuk membawamu pulang denganku. Aku ingin memberi kesempatan untuk mengenalmu lebih dekat. Jika ada kesempatanmu denganku. Aku akan ceritakan bagaimana sikap dan perlakuanmu pada bab berikutnya. Apa kamu mau membaca ?
Aku ingin mengajakmu pulang pada tulisan ini. Apa kamu mau tuan ? Jika jawabamu iya setelah membaca tulisan ini, mari menyelusuri pinggir pantai dan mencium aroma laut akhir pekan depan. Aku dan dirimu tuan. Apa bisa kamu menjawab setuju ? Aku tunggu.
Ditulis cinta,
Caroot
Komentar
Posting Komentar