Langsung ke konten utama

Januari ke 27



Aku dengar kabarmu semakin bahagia akhir-akhir ini. Aku lihat tawa dan senyummu tak luntur belakangan ini. Aku turut bahagia jika hati dan jiwamu bahagia. Apa tangis dan sendu tak lagi sama seperti tahun lalu saat rindu membelah antara dua benua? Aku harap semua rindu itu masih ada untuk mereka yang tak bisa kau temui setahun lalu. Hai, januariku yang ke 27.

Januari dan aku yang bertambah usia, kali ini usiaku sudah memasuki angka 27. Aku tak lagi merasa muda dan jiwamu sudah tak lagi mengira waktuku masih lama. Aku bersyukur usia ini mengajarkanku lebih dari semua tahun yang telah berlalu. Jarak yang tak bisa kuraih walau hati dan raga berteriak untuk berjumpa dengan mereka yang kucinta. Usia yang membuat dewasa dan sabarku berlipat dari biasa kurasakan. Aku berpikir lebih tenang dan hati-hati untuk semua yang ingin kulakukan dihari berikutnya. Hai, januariku yang hampir membuatku lupa bahwa aku semakin menua.

Aku mulai sibuk dengan hari-hari menjadi manusia yang hidup dengan aktifitas sama setiap harinya. Rutinitas yang membuatku mengulang perasaan dan pikiran yang hampir sama setiap harinya. Oh ini ternyata menjadi dewasa dengan berjuta tanggung jawab dan isi kepala. Aku merasa semua yang berulang membuatku jenuh karena “travel” sangat tak bisa kulakukan saat ini. Hati meronta ingin melalang buana kemanapun asal berjalan jauh, tapi dunia membuatku berhenti sementara. Aku masih menjelajahi banyak tempat hanya saja tak butuh jarak tempuh yang jauh. Aku tetap melakukan hal-hal yang kusukai dan mencoba semua aktifitas yang tak biasa kulakukan. Ya, januariku yang ke 17. Aku bahagia. 

Januari dan orang-orang yang silih berganti datang mengisi hari. Aku tak bisa hitung berapa kali kuucap aku rindu mama dan rumah. Tuhan Maha Baik, aku dikirimkan orang-orang yang tulus berada disamping dan membuatku merasa berada dirumah. Gadis-gadis yang ikut serta menyiapkan perayaan untuk usiaku. Pesta kecil yang bagiku sudah cukup membuat senyum dan tawa bahagia muncul sampai hari ini. Aku sayang mereka semua. 

Kakak perempuan yang kudapat ditanah Aborigin, wanita cantik yang selalu ada disampingku dari hari pertama aku merasa hidup dibenua ini. Tak lagi ada kata yang bisa mengungkapkan syukur kepada Kuasa karena aku memilikinya. Kakak tercinta dan terbaik yang bisa didapatkan oleh adik perempuan manapun. Sempurna? Tentu tidak, tapi dia kakak perempuan yang sangat kucintai dinegeri ini. 

Ya januariku kali ini berbeda, ada seseorang bersamaku yang ikut merayakan semua hal kecil dari diriku. Tak ada rencana ataupun harapan untuk memilikinya dihari-hariku. Tuhan Maha Baik, lelaki baik yang mampu membuat tawa dan senyumku lebih renyah dari saat aku sendiri. Bunga, coklat dan perjalanan jauh merayakan hari jadiku adalah hal yang tak pernah kurencanakan dengan lelakiku sebelumnya. Bahagia? Iya aku bahagia. Bersyukur? Aku sangat bersyukur. Kalau bisa kuceritakan tentangnya mungkin akan kutulis disatu judul untuk mengenalkannya. Lelakiku yang datang tanpa peringatan dan sekarang ada disetiap hariku. Januari dan lelaki yang kusayang.

27 tahun usiaku. Aku tak lagi muda tapi jiwaku masih merasa muda. Pikiranku menua tapi hatiku masih merasa tak akan mampu menua. Aku tahu kamu bahagia dengan hari-harimu saat ini. Bersyukur dan hargai mereka yang ada untukmu hari ini. Aku bahagia melihatmu bahagia. Dari aku dan kamu yang tak berharap banyak pada dunia tapi bahagia. Semoga januari berikutnya bahagiamu menetap dan senyummu tak pekat. 
Untuk aku yang tersenyum di antara musim panas di angka 27. 



Anggi, Andi, Caroot



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Lebaran Tahun Ini

Ini tahun ke empat bagiku untuk menghabiskan Ramadan dan lebaran tak pulang ke rumah. Apa aku benar masih anak dari ibu dan ayahku? Atau aku hanya berpura-pura tegar untuk menutupi semua sedihku, karena banyak hal yang membuatku tak bisa pulang. Kaum rantau yang masih terus mengejar dunia, aku. Sebentar saja jangan rapuh dan jangan menyerah dulu, berusahalah untuk tak meratapi walau sebenarnya sudah mulai terbebani. Bukan lebaran kali ini sayang, kita rencanakan lagi tahun berikutnya. Bukan tahun ini .

Hati Yang Sudah Tak Memanggil Namamu

Dentingan jam dinding malam ini serta dekapan udara musim dingin membuatku tiba-tiba teringat sosokmu. Sudah berapa lama selang aku memutuskan berhenti untuk melihat kemasa ada dirimu. Hempasan ranting pohon yang ditiup angin mengeluarkan melodi yang tak menyenangkan. Aku harap aku sudah tak diingat oleh ratusan orang yang mengenal namaku dan namamu.  Beberapa hari lalu didalam gerbong kereta dengan memperhatikan pepohonan disaat matahari terbenam aku menerima pesanmu memintaku kembali. Aku rasa hilang warasmu tak lagi ada rasa malumu atau sudah tak kau gubris akal sehatmu. Aku berbisik kehatiku, apa kamu bergetar? Tetapi tak ada jawaban. Hatiku tak bergeming meskipun itu kamu yang memanggil namaku. Dengan senyuman, Caroot yang sudah tak menginginkanmu 

Bukan Aku Yang Memulai atau Berharap Mengakhiri

Aku kira lautan yang dalam itu adalah perihal tentang sebuah rasa yang dalam pula Setiap lagu cinta mengutarakan besarnya sebuah perjuangan dan pengorbanan yang tak akan sia-sia Lalu apa yang terjadi dengan hilangnya kabar dan tak terbalasnya pesan Bila pada awalnya rasa itu disuguhkan untuk dibalas dan diterima Atau aku yang tidak paham apa itu kata menunggu ? Aku melihat senja seperti pelupuk mata yang teduh tentang kamu yang tenang disana untukku Ucapan manis bahkan sekedar gurauan tak bertopik darimu bisa membuat senyum palsuku keluar Apa yang terjadi dengan untaian kata manis yang kau bilang akan bertahan selamanya Mungkin saat itu aku lupa waktu adalah penipu ulung tentang semua kata yang terucap Atau aku yang tidak mengerti apa itu kata lelah ? Bukan aku.. Aku tak pernah mengakhiri ragu Aku tak pernah memberi harap palsu Aku tak pernah mengulur kesempatan Bukan, ya itu bukan aku.. Kau lah yang datang tanpa persetujuan dari hati yang kau