Aku pikir tanpa pertemuan rasa bisa hilang begitu saja, tanpa melihat eloknya senyummu, tanpa mencium aroma tubuhmu dan tanpa mendengar beratnya nada suaramu. Ternyata itu tak benar, aku memang tak pernah lagi bisa melihat indahnya senyuman bibirmu ketika menyapaku dan tak bisa lagi mencium aroma tubuhmu saat merangkulku. Waktu membuat semuanya berubah tapi tidak untuk rasa.
Waktu berjalan begitu cepat setelah kata perpisahan dari semua hal yang pernah ada. Semua hal yang pernah terjadi dari ribuan perjumpaan dan cerita. Harusnya kusadari aku telah kehilanganmu. Memaksakan hal yang tak bisa untuk terus dipaksakan kamu bukan lagi milikku. Tiga tahun sudah semua kenangan itu berlalu. Tiga tahun sudah waktu yang terlewatkan semenjak aku mengenal kamu dihatiku. Tiga tahun sudah ingatan itu masih lekat dan tak pernah hilang tentang kau dan aku.
November selalu berhasil membuat kenanganmu kembali, membuat rasa yang seharusnya sudah hilang ini pergi jauh. Seperti jejakmu yang tak lagi kutemukan yaitu kita yang telah ditelan waktu dan keadaan. Jika saja jarak tak bisa membuatmu pergi mungkin hingga saat ini aku masih bisa memanggilmu dengan sebutan sayang. Perandaian ini terus menyakiti tanpa pandang bulu. Seharusnya sekarang kau bersamaku menghabiskan hari ini denganku. Tetapi hal yang kutunggu tentu saja tak akan pernah datang. Karena aku menunggu untuk sebuah hal yang tak ada, seperti kamu.
8 November ini kembali mendatangiku tahun ini, tak seperti tahun sebelumnya aku fikir dia akan ada tapi dia tak ada, dia tak datang dan dia tak hadir.
Kamu yang tak akan pernah kembali
Kamu yang tak akan lagi datang
Kamu yang tak akan lagi kutemui
Kamu yang tak akan lagi kumiliki
Selamat tanggal 8 November yang ke-3 kali.
Dari kejauhan aku merindukanmu “Afdal Dinul Haqq”
Kenapa ditanggal ini kau tak ada ?
Aku sangat merindukanmu.
Komentar
Posting Komentar