Langsung ke konten utama

Meninggalkan Kita

Aku telah sampai dititik lelahku untuk mengerti, memahami dan mempertahankan. Apa yang telah aku dan kamu miliki sampai pada hari dimana kata pisah adalah kata yang aku ucapkan untuk kita. Sebenarnya kita tahu kisah ini, kisah kita tidak akan berujung indah. Semua tahu itu. Kita berdua juga tahu karena cinta,kenyamanan dan kebiasaan membuat aku dan kamu sangat sulit menerima akhir, yaitu perpisahan. Membaca kata berpisah saja sudah sangat menyakitkan apa lagi membayangkannya, waktu itu. Aku yang beberapa tahun lalu menangis dipelukmu saat kita akan memutuskan berpisah, hanya saja itu tidak pernah terjadi diantara kita. Aku, kamu dimataku adalah segalanya yang kumiliki waktu itu. Aku berpikir tidak bisa menjalani hari tanpa ada kamu, begitu egoisku bertahun lalu. Salahku entahlah, meminta kita bertahan, menetap dan menancapkan luka lebih banyak dihati masing-masing.


Sesungguhnya sebanyak apapun penjelasan yang akan kamu minta dariku tentang kata pisah dariku, kamu sudah tahu semua detailnya. Aku tidak perlu menjelaskan panjang lebar. Satu saja jujurku walau sangat menyakiti atau menghancurkanmu, rasa itu sudah tidak aku miliki lagi. Aku terlalu terbiasa, terbiasa tanpamu dan tanpa kita. Pertemuan ? Percakapan? Ataupun penjelasan tentang kita? Bukan lagi menjadi apa yang kita miliki ataupun aku inginkan. Perasaanku sudah tidak sama dan aku ingin kamu mampu memahami. Aku tidak ingin menyakiti lebih dari hari-hari yang tidak kita lalui bersama, semua sudah berbeda. Aku juga tahu kamu pun merasakannya. Semakin hari seiring berjalannya waktu diantara kita kamu telah kehilangan aku. Sebagaimanapun kita menetap tetapi hati bukan lagi merasakan kita. Aku yang memilih. Aku juga mengerti resiko apa yang telah aku ambil, kehilangan kita, kamu. Aku ingin kita berdua paham, memaksakan apapun sudah tidak menghasilkan akhir yang bahagia.


Aku menghilang ? Mencariku ? 
Aku bukan bermaksud menghilang, bukan. 
Aku hanya ingin memberimu waktu menerima. 
Aku bukan lagi ada diantara kita, kekasihmu. 
Aku bukan lagi wanita itu. 
Aku juga butuh waktu untuk menerima dan menghadapi keputusan yang aku ambil.
Aku ingin kita menerima, mengerti.
Aku tidak ingin memaksakan.
Aku mencintaimu benar, hanya saja dulu.
Tapi sungguh, tak bisa selamanya.


Aku kehilangan sabarku, aku bahkan tidak bisa percaya.  Mencariku kepada keluarga dan teman-teman ? Sungguh ?. Menerrorku degan semua pesan, aku sangat tidak nyaman dengan ini. Aku manusia yang punya trauma yang hebat tentang social media. Serta  aku tidak pernah suka pertanyaan. Kamu tahu itu.


Terimalah…
Sebagaimana aku menerima cintamu bertahun lalu
Aku cintaimu tulus, sabar dan penuh pengertian.
Sekarang giliranku memintamu menerima perpisahan kita


Terimalah..
Sehingga aku tidak perlu menghindar, berlari ataupun bersembunyi menghilang
Terimalah..

Caroot



https://tse3.mm.bing.net/th?id=OIP.Im_DCp8k2bcE5IM2te2-ggEsEs&pid=Api

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Lebaran Tahun Ini

Ini tahun ke empat bagiku untuk menghabiskan Ramadan dan lebaran tak pulang ke rumah. Apa aku benar masih anak dari ibu dan ayahku? Atau aku hanya berpura-pura tegar untuk menutupi semua sedihku, karena banyak hal yang membuatku tak bisa pulang. Kaum rantau yang masih terus mengejar dunia, aku. Sebentar saja jangan rapuh dan jangan menyerah dulu, berusahalah untuk tak meratapi walau sebenarnya sudah mulai terbebani. Bukan lebaran kali ini sayang, kita rencanakan lagi tahun berikutnya. Bukan tahun ini .

Hati Yang Sudah Tak Memanggil Namamu

Dentingan jam dinding malam ini serta dekapan udara musim dingin membuatku tiba-tiba teringat sosokmu. Sudah berapa lama selang aku memutuskan berhenti untuk melihat kemasa ada dirimu. Hempasan ranting pohon yang ditiup angin mengeluarkan melodi yang tak menyenangkan. Aku harap aku sudah tak diingat oleh ratusan orang yang mengenal namaku dan namamu.  Beberapa hari lalu didalam gerbong kereta dengan memperhatikan pepohonan disaat matahari terbenam aku menerima pesanmu memintaku kembali. Aku rasa hilang warasmu tak lagi ada rasa malumu atau sudah tak kau gubris akal sehatmu. Aku berbisik kehatiku, apa kamu bergetar? Tetapi tak ada jawaban. Hatiku tak bergeming meskipun itu kamu yang memanggil namaku. Dengan senyuman, Caroot yang sudah tak menginginkanmu 

Hai, Selamat Datang Uda di Kehidupan Uni

Aku menjadi saksi kisah cinta mereka, sahabatku. Mungkin tidak sempurna tapi biarkan aku mencoba menceritakan ulang. Dia adalah sahabat lamaku, dari sekolah menengah atas satu kelas dan juga suka membuat onar bersama. Sekarang sudah kepala dua masih sama senyum dan sifatnya tetaplah sahabatku. Terakhir kali bertemu dia menangis karena sang pujaan hati sudah memiliki sandaran kasih yang baru. Aku mencoba memberinya saran dan solusi juga seorang teman baru yang kini dia panggil Uda. Biarku coba menjadi dia agar cerita indah ini bisa nyaman kamu baca dan pahami perlahan. Aku sedang menangisi kekasih lamaku siang hari tanpa sebab hanya saja aku ingin menangis. Aku tidak mengerti kenapa air mataku tidak bisa berhenti mengalir terus saja membasahi pipi, teriakanku kedalam tak terdengar hanya air mata saja. Aku pun bercerita kepada sahabatku, memintanya mencarikanku teman baru agar luka hati yang tak ku mengerti ini bisa berlalu. Selang dua hari dia mengabariku, katanya dia me