Kita harus sama-sama bahagia itu pikirku setiap memori bermunculan. Walau akhir-akhir ini memori itu telah terasa pudar dikepala. Aku sempat merasa mungkin karena aku lelah atau aku tak ada waktu untuk kembali menoleh. Sampai pada aku membaca sebuah karangan berisikan pertanyaan “Jika aku dan kamu terus bersama, apa kita akan bahagia hingga akhir? Atau sebaliknya”. Aku berdiam sejenak dan berpikir, aku jujurku kita mungkin tidak akan bahagia bila terus memaksakan bersama. Bukan kita, tapi aku merasakan nya. Tuhan menciptakan manusia untuk saling bertemu kemudian berpisah. Entah karena kehendak manusia atau karena memang sudah waktunya berpisah. Semesta beriring dengan manusia.
Aku bahagia dengan pilihanku, dengan siapa kuberbagi tawaku hari ini, santapan lezat apa yang kucicipi , atau tempat indah menenangkan yang telah kukunjungi. Aku tak selalu bahagia, kadang aku sedih karena masakanku tak seenak masakan ibu, aku lelah berkendara, aku tak suka panas yang menyengat. Ya walaupun semuanya hal yang seharusnya bukan tentang bahagia. Aku juga merasakan semua perasaan itu. Aku hanya harus bersyukur dipertemukan dengan diriku yang sekarang. Aku yang lebih mandiri, mengerti untuk melangkah lebih jauh, memahami bahwa aku adalah tanggung jawab diri sendiri.
Aku selalu ingin mendengar kabar membahagiakan dari siapapun itu. Termasuk dari mereka yang pernah ada dihari-hariku pada masa lalu. Aku ingin mereka lebih bahagia dan lebih memiliki arti hidup bahkan jika ku boleh minta, harus lebih dari aku. Aku ingin semua yang membaca tulisan ini bahagia. Bahagia dan bersyukur , tak peduli rupa serta hartamu aku doakan bahagia tak lepas dari senyum dan hatimu. Tulusku meminta Tuhan menjaga bahagia didirimu. Aku? Sudah pasti bahagia tak perlu khawatirkan. Tolong aminkan doaku. Bahagia ya.
Ditulis dengan senyum lelah tapi bahagia,
Caroot
Komentar
Posting Komentar