Aku sudah menulis panjang
tentang salinan beberapa paragraf malam ini tetapi aku merasa tidak
percaya diri untuk merevisinya kembali. Aku mengulang mengetik pelan
dengan membayangkan tawa dan angkuhnya senyummu.
Bagaimana
malammu akan kupastikan kamu baik-baik saja, Tuhan pasti menjagamu.
Kenangan itu masih sama setumpuk diantara rindu bercampur menjadi
penyejuk bila aku mengingatmu. Kelopak mata ini mungkin bosan
memperhatikan maya yang tidak kunjung jadi nyata. Saat ini aku tersenyum
aku melihat wajahmu dilayar laptopku, walau bayang, walau hanya
membayangkan.
Aku
tahu ada banyak pengagum yang berdiri dibalik bayang-bayanganmu,
sedangkan aku hanya pemilik hati berpura-pura tak terlihat olehmu. Aku
pintar menyembunyikannya tetapi aku takut mengutarakannya. Aku
menikmatinya hari ini.
Seakan
aku tidak lagi menemui secara nyata semangat hidup untuk menggapai yang
jauh disana akan terus ada. Maafkan karena ini tidak lagi romansa cinta
tetapi pelukan mesra melalui tulisanku untukmu. Pembaca yang sedang
mencoba
mengerti apa yang sedang kutuliskan hanya akan membaca. Sepenuhnya
sebuah pelukan tidak melulu tentang hangatnya rangkulan lengan tetapi
doa beriring diantara keseharian.
Aku
melihat senyummu dari kejauhan. Aku melihat kebahagiaanmu dari
kejauhan. Kelak, aku akan bersanding dan tertawa bahagia didepan
keluarga besar. Walau menggelitik tetapi aku menikmati menulis tulisan
ini.
Untuk bayang.
Untukmu.
Untuku.
Komentar
Posting Komentar