Langsung ke konten utama

Terimakasih Telah Menjaga Jodohku, Sekarang Aku Memiliki Lelakimu Seumur Hidup




Hari ini aku merangkul lengan lelakimu dihadapan kedua orang tuanya, dia mengenalkanku sebagai kekasih barunya. Apa kamu tahu betapa bahagianya aku? Kedua orang tua lelakimu ternyata sangat tertarik dan suka atas kepribadianku berbeda sekali denganmu. Mereka membanding-bandingkan aku denganmu seperti cara berpakaianku, kepribadianku serta keluargaku. Aku mendapatkan hati mereka pada pandangan pertama. Apa aku terlihat kejam bagimu menceritakan kebahagianku hari ini, semoga saja kamu bisa memahamiku.

Aku mengenal lelakimu sudah lebih dari dua atau tiga tahun yang lalu, keluargaku dan keluarganya ternyata memiliki latar belakang adat yang sama. Hanya saja pada saat itu aku masih belum memiliki ketertarikan padanya karena aku tahu dia sudah memiliki kekasih baru, yaitu kamu. Beberapa bulan yang lalu aku bertemu dengannya di tempat ibadah yang sama. Dia menyapaku dengan senyuman khas serta mata berbinar yang membuatku sedikit tersipu malu dibuatnya. Aku dan dia bertukar kontak kemudian semuanya berjalan begitu saja sampai hari ini. Dia memintaku menjadi wanitanya.

Apa kamu sedang bertanya aku tidak tahu diri merebut lelakimu? Seharusnya aku katakan dari awal kepadamu, lelakimu yang sekarang adalah lelakiku sudah tidak menginginkan keberadaanmu lagi. Dia sudah lelah dengan drama yang kamu buat-buat setiap dia berkata ingin meninggalkanmu. Kamu terlalu kekanak-kanakan memintanya untuk selalu berada didekatmu setiap saat. Apa kamu sekarang sedang memakiku saat membaca ini? Santailah, kamu seharusnya berkaca lima tahun yang dia jalani bersamamu awalnya memang cinta kemudian berubah menjadi iba lalu berakhir pada lupakan saja. Dia benar-benar sudah muak dengan sikap dan kepribadianmu yang tidak bisa diduga.

Aku seharusnya tidak menulis ini tapi apa daya, makian kekanakanmu selalu muncul disosial media. Setiap hari kamu merengek dan memakiku disemua media sosialmu, sudahlah tidak ada yang berubah setelah itu. Aku sudah bahagia dengan lelakiku saat ini. Mundurlah perlahan perbaikilah dirimu. Jika kamu tidak bersikap seolah kamu adalah ratu dikehidupan lelakiku mungkin tidak akan ada makian “wanita perebut kekasih orang” untukku di status social mediamu. Aku juga sudah mulai sedikit bersabar menahan amarahku untuk tidak menghampirimu atau sekedar ingin menjambak rambutmu karena perkataanmu untukku. Aku dan dia bahagia saat ini, menjauhlah.

Aku ingin bercerita sedikit tentang keseharianku dengan lelakiku. Setelah hari ini pertemuan dengan orang tuanya, mereka memintaku untuk menjadi menantu mereka secepatnya tahun depan. Aku tidak bermaksud memancing emosimu kali ini tetapi begitulah kenyataannya. Mereka sangat menyukaiku dibandingkan dirimu. Apabila kamu tidak keberatan pasti nanti akan kuundang dihari bahagia kami nanti. Aku berharap hari itu kamu sudah tidak lagi mengancam untuk memutuskan urat nadimu, meminum racun serangga atau sekedar menggertak untuk meloncat dari lantai atas rumahmu. Semoga kamu lekas merubah diri dan bersikap selayaknya seorang yang ingin melanjutkan masa depan.

Sungguh aku tidak ingin membahas luka yang telah aku dan lelakiku beri untukmu. Apa dayamu bila jodoh bukanlah hakmu untuk menentukan kemana arahnya akan datang. Perbaikilah dirimu nanti akan kamu temui juga lelaki untuk dirimu sendiri  esok, lusa ataupun nanti. Aku ingin kamu sadar diri dan perlahan berjalan pelan meninggalkan kami. Aku akan doakan kamu segera bahagia.

Wanita dari lelakimu. Terimakasih telah menjaga jodohku selama tahun-tahun terakhir ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Lebaran Tahun Ini

Ini tahun ke empat bagiku untuk menghabiskan Ramadan dan lebaran tak pulang ke rumah. Apa aku benar masih anak dari ibu dan ayahku? Atau aku hanya berpura-pura tegar untuk menutupi semua sedihku, karena banyak hal yang membuatku tak bisa pulang. Kaum rantau yang masih terus mengejar dunia, aku. Sebentar saja jangan rapuh dan jangan menyerah dulu, berusahalah untuk tak meratapi walau sebenarnya sudah mulai terbebani. Bukan lebaran kali ini sayang, kita rencanakan lagi tahun berikutnya. Bukan tahun ini .

Hati Yang Sudah Tak Memanggil Namamu

Dentingan jam dinding malam ini serta dekapan udara musim dingin membuatku tiba-tiba teringat sosokmu. Sudah berapa lama selang aku memutuskan berhenti untuk melihat kemasa ada dirimu. Hempasan ranting pohon yang ditiup angin mengeluarkan melodi yang tak menyenangkan. Aku harap aku sudah tak diingat oleh ratusan orang yang mengenal namaku dan namamu.  Beberapa hari lalu didalam gerbong kereta dengan memperhatikan pepohonan disaat matahari terbenam aku menerima pesanmu memintaku kembali. Aku rasa hilang warasmu tak lagi ada rasa malumu atau sudah tak kau gubris akal sehatmu. Aku berbisik kehatiku, apa kamu bergetar? Tetapi tak ada jawaban. Hatiku tak bergeming meskipun itu kamu yang memanggil namaku. Dengan senyuman, Caroot yang sudah tak menginginkanmu 

Bukan Aku Yang Memulai atau Berharap Mengakhiri

Aku kira lautan yang dalam itu adalah perihal tentang sebuah rasa yang dalam pula Setiap lagu cinta mengutarakan besarnya sebuah perjuangan dan pengorbanan yang tak akan sia-sia Lalu apa yang terjadi dengan hilangnya kabar dan tak terbalasnya pesan Bila pada awalnya rasa itu disuguhkan untuk dibalas dan diterima Atau aku yang tidak paham apa itu kata menunggu ? Aku melihat senja seperti pelupuk mata yang teduh tentang kamu yang tenang disana untukku Ucapan manis bahkan sekedar gurauan tak bertopik darimu bisa membuat senyum palsuku keluar Apa yang terjadi dengan untaian kata manis yang kau bilang akan bertahan selamanya Mungkin saat itu aku lupa waktu adalah penipu ulung tentang semua kata yang terucap Atau aku yang tidak mengerti apa itu kata lelah ? Bukan aku.. Aku tak pernah mengakhiri ragu Aku tak pernah memberi harap palsu Aku tak pernah mengulur kesempatan Bukan, ya itu bukan aku.. Kau lah yang datang tanpa persetujuan dari hati yang kau