Langsung ke konten utama

Ungkapan Cinta Untuk Kekasihmu


Sudah berapa lama kita tidak berkabar satu sama lain terlalu lama rasanya. Aku yang sedang berdiri sendiri didepan jembatan tempat dimana biasa kutemui dirimu kala sore hari. Sebenarnya tidak ada yang berubah dari tempat-tempat yang pernah kita lalui kala itu. Rerumputan hijau lapangan bola yang masih ramai dikunjungi anak-anak bermain bola bersama kawan-kawan mereka. Tiba-tiba aku tergelak menggelengkan kepalaku sendiri, kita pernah baik-baik saja dengan tawa yang lepas serta senyummu yang membuat lelah senantiasa hilang. Aku bernostalgia dengan diriku sendiri ditemani tempat-tempat yang mengulang kilas balik perjalanan kita.


Apa kabarmu disana ? Apa kekasihmu masih semakin cantik setiap harinya, tentu saja kamu selalu memujinya. Terakhir kali aku mendengar suaramu mungkin beberapa tahun yang lalu saat tangisanmu pecah karena begitu banyak masalah yang datang secara bergantian. Aku bukan pahlawan saat itu walau sebenarnya aku juga sangat terluka melihatmu luka. Senyummu sangat mahal saat keadaan dan tubuhmu menjadi menggila. Apa kita yang sedang berpura-pura kuat untuk membuat semua melihat atau kita yang benar-benar terluka karena banyak hal tidak berjalan sesuai harapan. Sudahlah, semuanya hanya masa-masa kelam yang tidak seharusnya kuingatkan kepadamu.

Sebenarnya aku hanya sedang mengingat banyak hal hari ini, perjalanan panjang ataupun cerita yang singkat diantara pertemuan dan perpisahan. Aku menguntit memori masa-masa masalahku adalah masalahmu sedangkan cintaku ataupun cintamu adalah satu. Sesungguhnya tidak ada yang salah dengan bernostalgia sendirian toh aku juga sedang memikirkan banyak hal belakangan ini. Aku mengikuti perkembanganmu melalu teman-temanku sepertinya hubunganmu dengan sang kekasih akan berujung dialtar pernikahan, aku turut bahagia dan berbangga untukmu. Ada gadis yang patah hati diseberang sana menunggu kabarmu tetapi enggan memepertanyakan perihal perasan yang menggebu. Elok wajahnya tetapi malu hatinya karena tidak sanggup menerima penolakan.

Undanganmu datang seminggu yang lalu persis sebelum kepergianku, sungguh aku ingin langsung menemuimu dan sang kekasih sembari memberikan kata selamat agar kalian menua bersama. Andai saja gadis ini tidak sekuat itu, dia memutuskan untuk menghilang duluan. Ada rasa tak sanggup untuk mengikhlaskan ketika janji yang sama untuk wanita berbeda berakhir dengan kisah yang berbeda pula. Gadis itu menangis dipojok kamar menyakiti dadanya sendiri mengelap air mata yang turun tanpa digubris waktu, semalaman, dua malam, dia terluka dalam. 

Masih tersimpan memori masa lalu dengan senyum mengembang dipipi tiba-tiba saat ini air matapun kering dibuatnya bila menerka kisah yang tak berujung. Apa Tuhan sedang membolak-balikan nama atas jodohmu dan aku. Bagaimana dengan rencana-rencana tentang indahnya tepian sungai tempat kita sering bertemu apa kamu lupa. Seketika surga seketika neraka, apa lah kekuatan gadis tanpa nama bagimu ini. Makian tidak akan pernah cukup untuk mengusir rasa sakit apalagi melihat senyummu begitu manisnya saat membanggakan kekasihmu. Sudahlah, kamu melakukan hal yang sama untukku dahulu. Terluka dan bahagia adalah kisah yang berbeda.

Seolah-olah aku menulis kisah dari diri sendiri, seakan penyampaian kataku seperti mengiris nadi diri sendiri. Ada banyak gadis yang benar-benar terluka karena janji, terluka karena setia bahkan terluka karena diri sendiri. Aku menikmati tulisan ini, untukmu,untuk gadis-gadisku yang sedang terluka ataupun sedang menyembuhkan luka. Akan ada cinta yang baru akan ada penyembuh yang lebih kuat.

Aku sedang menceritakan ulang kisah sahabat kakakku, dia jatuh cinta, dia terluka, dia menangis didadanya.

Kuatlah. Kamu



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Lebaran Tahun Ini

Ini tahun ke empat bagiku untuk menghabiskan Ramadan dan lebaran tak pulang ke rumah. Apa aku benar masih anak dari ibu dan ayahku? Atau aku hanya berpura-pura tegar untuk menutupi semua sedihku, karena banyak hal yang membuatku tak bisa pulang. Kaum rantau yang masih terus mengejar dunia, aku. Sebentar saja jangan rapuh dan jangan menyerah dulu, berusahalah untuk tak meratapi walau sebenarnya sudah mulai terbebani. Bukan lebaran kali ini sayang, kita rencanakan lagi tahun berikutnya. Bukan tahun ini .

Hati Yang Sudah Tak Memanggil Namamu

Dentingan jam dinding malam ini serta dekapan udara musim dingin membuatku tiba-tiba teringat sosokmu. Sudah berapa lama selang aku memutuskan berhenti untuk melihat kemasa ada dirimu. Hempasan ranting pohon yang ditiup angin mengeluarkan melodi yang tak menyenangkan. Aku harap aku sudah tak diingat oleh ratusan orang yang mengenal namaku dan namamu.  Beberapa hari lalu didalam gerbong kereta dengan memperhatikan pepohonan disaat matahari terbenam aku menerima pesanmu memintaku kembali. Aku rasa hilang warasmu tak lagi ada rasa malumu atau sudah tak kau gubris akal sehatmu. Aku berbisik kehatiku, apa kamu bergetar? Tetapi tak ada jawaban. Hatiku tak bergeming meskipun itu kamu yang memanggil namaku. Dengan senyuman, Caroot yang sudah tak menginginkanmu 

Bukan Aku Yang Memulai atau Berharap Mengakhiri

Aku kira lautan yang dalam itu adalah perihal tentang sebuah rasa yang dalam pula Setiap lagu cinta mengutarakan besarnya sebuah perjuangan dan pengorbanan yang tak akan sia-sia Lalu apa yang terjadi dengan hilangnya kabar dan tak terbalasnya pesan Bila pada awalnya rasa itu disuguhkan untuk dibalas dan diterima Atau aku yang tidak paham apa itu kata menunggu ? Aku melihat senja seperti pelupuk mata yang teduh tentang kamu yang tenang disana untukku Ucapan manis bahkan sekedar gurauan tak bertopik darimu bisa membuat senyum palsuku keluar Apa yang terjadi dengan untaian kata manis yang kau bilang akan bertahan selamanya Mungkin saat itu aku lupa waktu adalah penipu ulung tentang semua kata yang terucap Atau aku yang tidak mengerti apa itu kata lelah ? Bukan aku.. Aku tak pernah mengakhiri ragu Aku tak pernah memberi harap palsu Aku tak pernah mengulur kesempatan Bukan, ya itu bukan aku.. Kau lah yang datang tanpa persetujuan dari hati yang kau