Langsung ke konten utama

Membayar Rinduku Sendiri




Selamat Pagi..
Apa pagi ini kamu sudah tersenyum dan bersemangat untuk mengawali harimu?

Sebenarnya aku sedang merindukan senyuman bangun tidurmu yang membuatku selalu ingin memarahimu tanpa alasan. 

Apa tugas-tugasmu semuanya berjalan dengan lancar  ?

Kalau saja kamu memiliki waktu sedikit untuk berbagi denganku mungkin aku bisa memberimu semangat walau tak seberapa. Setiap hari walau sudah bisa melihat wajahmu tetapi rasanya dirimu semakin jauh dari pandangan. Ketika melihatmu lelah dengan aktifitasmu, serta sibuk dengan semua jadwal, tetapi aku tak bisa melakukan apa-apa untukmu. 

Apa kamu tahu apa yang paling kurindukan saat ini ? 
Senyumanmu.

Apa kamu tahu apa yang membuatku kembali ?
Senyumanmu.

Apa kamu tahu apa yang memberiku alasan untuk tinggal ?
Senyumanmu.

Walaupun aroma dingin serta cerahnya mentari pagi  membuatku tak bisa menemuimu, aku masih terus menunggu. Saat jarak yang dekat membuatku harus memaklumi keadaanmu, aku masih terus menunggumu. Jika senyummu saja sulit kudapatkan sejauh ini, aku masih terus menunggumu. Aku sedang menunggumu.

Aku hanya akan menikmati rasaku disini. Aku akan menggunakan waktuku untuk berada disekeliingmu sebisaku. Kamu tidak perlu melakukan apa-apa. Cukup lakukan tugasmu dan aku akan memperhatikanmu dari sini dengan jarak yang lebih dekat. Aku cukup ingin melihatmu sebentar untuk membayar rinduku sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Lebaran Tahun Ini

Ini tahun ke empat bagiku untuk menghabiskan Ramadan dan lebaran tak pulang ke rumah. Apa aku benar masih anak dari ibu dan ayahku? Atau aku hanya berpura-pura tegar untuk menutupi semua sedihku, karena banyak hal yang membuatku tak bisa pulang. Kaum rantau yang masih terus mengejar dunia, aku. Sebentar saja jangan rapuh dan jangan menyerah dulu, berusahalah untuk tak meratapi walau sebenarnya sudah mulai terbebani. Bukan lebaran kali ini sayang, kita rencanakan lagi tahun berikutnya. Bukan tahun ini .

Hati Yang Sudah Tak Memanggil Namamu

Dentingan jam dinding malam ini serta dekapan udara musim dingin membuatku tiba-tiba teringat sosokmu. Sudah berapa lama selang aku memutuskan berhenti untuk melihat kemasa ada dirimu. Hempasan ranting pohon yang ditiup angin mengeluarkan melodi yang tak menyenangkan. Aku harap aku sudah tak diingat oleh ratusan orang yang mengenal namaku dan namamu.  Beberapa hari lalu didalam gerbong kereta dengan memperhatikan pepohonan disaat matahari terbenam aku menerima pesanmu memintaku kembali. Aku rasa hilang warasmu tak lagi ada rasa malumu atau sudah tak kau gubris akal sehatmu. Aku berbisik kehatiku, apa kamu bergetar? Tetapi tak ada jawaban. Hatiku tak bergeming meskipun itu kamu yang memanggil namaku. Dengan senyuman, Caroot yang sudah tak menginginkanmu 

Bukan Aku Yang Memulai atau Berharap Mengakhiri

Aku kira lautan yang dalam itu adalah perihal tentang sebuah rasa yang dalam pula Setiap lagu cinta mengutarakan besarnya sebuah perjuangan dan pengorbanan yang tak akan sia-sia Lalu apa yang terjadi dengan hilangnya kabar dan tak terbalasnya pesan Bila pada awalnya rasa itu disuguhkan untuk dibalas dan diterima Atau aku yang tidak paham apa itu kata menunggu ? Aku melihat senja seperti pelupuk mata yang teduh tentang kamu yang tenang disana untukku Ucapan manis bahkan sekedar gurauan tak bertopik darimu bisa membuat senyum palsuku keluar Apa yang terjadi dengan untaian kata manis yang kau bilang akan bertahan selamanya Mungkin saat itu aku lupa waktu adalah penipu ulung tentang semua kata yang terucap Atau aku yang tidak mengerti apa itu kata lelah ? Bukan aku.. Aku tak pernah mengakhiri ragu Aku tak pernah memberi harap palsu Aku tak pernah mengulur kesempatan Bukan, ya itu bukan aku.. Kau lah yang datang tanpa persetujuan dari hati yang kau