Langsung ke konten utama

Januari Mengagumkan Untuk Kita

Januari adalah bulan baru diawal tahun. Ada berapa banyak keinginan yang diimingkan saat akan bertemu januari. Kamu ingin berkelana ke negara tertentu? Atau sekedar ingin menargetkan tabungan tahunanmu? Mungkin saja mengharapkan pertemuan yang akan datang di awal tahun. Aku pun begitu harapanku tak banyak hanya ingin selalu bahagia seperti biasa. Lalu bagaimana januariku ? 

Untuk membayangkan saja pun tak akan mungkin tentang hal-hal sedemikian rupa. Maksudku adalah hal-hal memilukan, menyulitkan, menyedihkan, atau menyusahkan. Aku tak pernah berpikir sampai pada hal terburuk yang akan terjadi di awal januari. Bila kuingat pada hari ini tentang apa yang telah terjadi rasanya aku akan berkata “apa mungkin?”. Tepat sebelum kembang api tahun baru meletus kamu diharuskan meninggalkan rumah dan teman-temanmu untuk menghindar dari kobaran api yang sudah sampai pada 10km dihadapan kotamu. Apa terpikir tentang apa yang terjadi? Tentu tidak, gelisah pasti. Aku dan gerombolan teman-teman terpana menatap satu sama lain. Apa ini perpisahan yang tak diharapkan. Apa liburan akhir tahun ini hanyalah nestapa bagi kita semua. Tak sempat menangis, tak ada kata sampai jumpa lagi yang tersisa hanya jaga dirimu baik-baik kemanapun pergi setelah ini.

Aku tak pernah takut lagi ditinggalkan dan tak ada lagi keraguan tentang kesendirian. Tapi kali ini hatiku pilu, bukan karena disakiti manusia tetapi kehendak Kuasa yang tak bisa ditolak. Aku kehilangan sekumpulan tawa dan ceria sekejab mata diawal januari. Berpindah kota menyelamatkan diri dari asap tebal kemurkaan alam dimusim panas, menenggelamkan semua impian liburan musim panas. Pesan-pesan singkat dan status saling menguatkan muncul dibarisan semua teman-teman. Semoga kita berjumpa lagi seharusnya aku mengucapkannya pada mereka semua. Sombongku hanya diam dan berkata semua akan baik-baik saja. 

Setelah berpindah dan berpindah, tujuanpun ditentukan kepulau kecil luar ibukota. Mengendarai mobil puluhan kilometer serta menyeberangi laut dengan kapal seharian tak tentu lagi lelahnya. Tiga states dalam kurun waktu beberapa hari di minggu pertama januari. Apa kamu pikir kita semua baik- baik saja? yang kulihat adalah mereka yang berpura kuat agar terlihat tegar. Aku tahu mereka hancur seperti aku, bingung seperti aku tetapi tertawa dan tersenyum dihadapan satu sama lain. Berharap melalui semua bersama,  merangkul duka bersama hingga menghabiskan januari yang mengagumkan bersama. 

Januari adalah awal dan akhir dari hal-hal mengagumkan dengan mereka. Teman-teman hebatku, jarang manusia kusebut teman sepertinya baru mereka. Walau aku tak terbiasa bersama dan bergerombol. Kenangan januari kali ini adalah yang paling menakjubkan. Aku tak ingin menghadapi hal-hal mengejutkan seperti ini lagi. Aku kalau boleh berharap pada semesta dan yang Kuasa, bahagia bila kita berjumpa kembali dilain waktu. Aku yang sayang dan rindu, tawa saat lelucon yang tak sepenuhnya lucu, senyum untuk hari-hari yang lelah, hidangan hangat untuk kita.
Aku rindu. 
Untuk kalian, bu ani, anggun, hady dan angga


Selalu bahagia doaku.

Angie



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Lebaran Tahun Ini

Ini tahun ke empat bagiku untuk menghabiskan Ramadan dan lebaran tak pulang ke rumah. Apa aku benar masih anak dari ibu dan ayahku? Atau aku hanya berpura-pura tegar untuk menutupi semua sedihku, karena banyak hal yang membuatku tak bisa pulang. Kaum rantau yang masih terus mengejar dunia, aku. Sebentar saja jangan rapuh dan jangan menyerah dulu, berusahalah untuk tak meratapi walau sebenarnya sudah mulai terbebani. Bukan lebaran kali ini sayang, kita rencanakan lagi tahun berikutnya. Bukan tahun ini .

Hati Yang Sudah Tak Memanggil Namamu

Dentingan jam dinding malam ini serta dekapan udara musim dingin membuatku tiba-tiba teringat sosokmu. Sudah berapa lama selang aku memutuskan berhenti untuk melihat kemasa ada dirimu. Hempasan ranting pohon yang ditiup angin mengeluarkan melodi yang tak menyenangkan. Aku harap aku sudah tak diingat oleh ratusan orang yang mengenal namaku dan namamu.  Beberapa hari lalu didalam gerbong kereta dengan memperhatikan pepohonan disaat matahari terbenam aku menerima pesanmu memintaku kembali. Aku rasa hilang warasmu tak lagi ada rasa malumu atau sudah tak kau gubris akal sehatmu. Aku berbisik kehatiku, apa kamu bergetar? Tetapi tak ada jawaban. Hatiku tak bergeming meskipun itu kamu yang memanggil namaku. Dengan senyuman, Caroot yang sudah tak menginginkanmu 

Bukan Aku Yang Memulai atau Berharap Mengakhiri

Aku kira lautan yang dalam itu adalah perihal tentang sebuah rasa yang dalam pula Setiap lagu cinta mengutarakan besarnya sebuah perjuangan dan pengorbanan yang tak akan sia-sia Lalu apa yang terjadi dengan hilangnya kabar dan tak terbalasnya pesan Bila pada awalnya rasa itu disuguhkan untuk dibalas dan diterima Atau aku yang tidak paham apa itu kata menunggu ? Aku melihat senja seperti pelupuk mata yang teduh tentang kamu yang tenang disana untukku Ucapan manis bahkan sekedar gurauan tak bertopik darimu bisa membuat senyum palsuku keluar Apa yang terjadi dengan untaian kata manis yang kau bilang akan bertahan selamanya Mungkin saat itu aku lupa waktu adalah penipu ulung tentang semua kata yang terucap Atau aku yang tidak mengerti apa itu kata lelah ? Bukan aku.. Aku tak pernah mengakhiri ragu Aku tak pernah memberi harap palsu Aku tak pernah mengulur kesempatan Bukan, ya itu bukan aku.. Kau lah yang datang tanpa persetujuan dari hati yang kau