Langsung ke konten utama

Karena Tak Apa Bila Bahagia

Hai kamu, tak apa kalau ada seorang baru diharimu
Tak apa membagikan kebahagian barumu lewat sosial media
Tak apa jika menurutmu masih belum lama kita tak lagi bersama
Tapi bagiku tak apa karena dari melihatmu bahagia sudah cukup dengan apa yang tak bisa kuberi
Tak apa jika senyum dan tawamu lebih cerah daripada saat denganku
Tak apa kalau genggaman tangannya saat ini mengahangatkan rasa sendirimu
Tak apa karena setelah tak ada aku bisa membuatmu menjadi lebih manusia 
Tak apa kadang saat sudah tak adalah yang memberimu waktu untuk menilai bahagiamu sendiri
Aku bahagia melihat kamu bahagia 
Aku tak munafik, aku tak dengki, aku tak iri
Aku bersungguh tak apa
Bahagialah, kadang karena kitalah kamu lupa untuk bahagiakan maumu. Bukan tentangku
Aku tak apa 
Dan maaf jika aku tak mampu membuatmu tak merasakan apa-apa 
Tentang rasa sakit, pengorbanan, waktu dan tenaga yang tak bisa kukembalikan
Aku hanya bisa berharap kau tak apa
Karena saat ini dan hingga seterusnya aku tak akan lagi memanggilmu , kita. 

Caroot

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Lebaran Tahun Ini

Ini tahun ke empat bagiku untuk menghabiskan Ramadan dan lebaran tak pulang ke rumah. Apa aku benar masih anak dari ibu dan ayahku? Atau aku hanya berpura-pura tegar untuk menutupi semua sedihku, karena banyak hal yang membuatku tak bisa pulang. Kaum rantau yang masih terus mengejar dunia, aku. Sebentar saja jangan rapuh dan jangan menyerah dulu, berusahalah untuk tak meratapi walau sebenarnya sudah mulai terbebani. Bukan lebaran kali ini sayang, kita rencanakan lagi tahun berikutnya. Bukan tahun ini .

Hati Yang Sudah Tak Memanggil Namamu

Dentingan jam dinding malam ini serta dekapan udara musim dingin membuatku tiba-tiba teringat sosokmu. Sudah berapa lama selang aku memutuskan berhenti untuk melihat kemasa ada dirimu. Hempasan ranting pohon yang ditiup angin mengeluarkan melodi yang tak menyenangkan. Aku harap aku sudah tak diingat oleh ratusan orang yang mengenal namaku dan namamu.  Beberapa hari lalu didalam gerbong kereta dengan memperhatikan pepohonan disaat matahari terbenam aku menerima pesanmu memintaku kembali. Aku rasa hilang warasmu tak lagi ada rasa malumu atau sudah tak kau gubris akal sehatmu. Aku berbisik kehatiku, apa kamu bergetar? Tetapi tak ada jawaban. Hatiku tak bergeming meskipun itu kamu yang memanggil namaku. Dengan senyuman, Caroot yang sudah tak menginginkanmu 

Bukan Aku Yang Memulai atau Berharap Mengakhiri

Aku kira lautan yang dalam itu adalah perihal tentang sebuah rasa yang dalam pula Setiap lagu cinta mengutarakan besarnya sebuah perjuangan dan pengorbanan yang tak akan sia-sia Lalu apa yang terjadi dengan hilangnya kabar dan tak terbalasnya pesan Bila pada awalnya rasa itu disuguhkan untuk dibalas dan diterima Atau aku yang tidak paham apa itu kata menunggu ? Aku melihat senja seperti pelupuk mata yang teduh tentang kamu yang tenang disana untukku Ucapan manis bahkan sekedar gurauan tak bertopik darimu bisa membuat senyum palsuku keluar Apa yang terjadi dengan untaian kata manis yang kau bilang akan bertahan selamanya Mungkin saat itu aku lupa waktu adalah penipu ulung tentang semua kata yang terucap Atau aku yang tidak mengerti apa itu kata lelah ? Bukan aku.. Aku tak pernah mengakhiri ragu Aku tak pernah memberi harap palsu Aku tak pernah mengulur kesempatan Bukan, ya itu bukan aku.. Kau lah yang datang tanpa persetujuan dari hati yang kau