Dedaunan yang gugur cuaca yang hangat disiang dan dingin menjelang sore
Berlinang air dipelupuk mata mendekap tubuh orang yang kusayang
Terisak karena tak mampu merangkul selamanya
Meraung sejadi-jadinya karena harapan juga yang menghitamkan semua pelangi
Aku memeluk orang yang kusayang dengan tatapan berjumpa atau tidak dilain waktu
Aku ingin meyakinkanmu sekali lagi bahwa aku tulus mencintaimu
Karena kamu adalah orang yang kusayang
Saat dedaunan mulai tak lagi terlihat diranting pepohonan aku telah jauh pergi
Ketika dingin mulai merasuk kesela jari-jemari dan sekujur tubuh tak mampu menahan pilunya beku
Entah hatiku yang sakit atau cuaca yang begitu sengit menerpa tubuh
Aku tak melamunkan wajahmu lagi, aku mengingat dekapan tangan kirimu disampingku
Kecupan manis dipipi suapan makanan yang lahap serta lelucon tak kunjung henti
Mengapa pergi saat musim berganti ucapmu
Aku mencari sejuta alasan yang sesungguhnya tak mampu kuberi
Karena kamu adalah orang yang kusayang
Angin kencang bertiup menghempaskan jaket tebal serta syal merah jampu
Tanganku hampir tak mampu merasakan apa-apa dingin dan dingin sambil kutiup pelan
Tangisan isak serta permohonan maaf sambil meminta aku pulang adalah kenangan yang menghancurkan semua memori indah
Malaikat akan menuliskan betapa aku telah menyakiti salah satu makhluk ciptaan Kuasa
Aku membuatnya menangis berhari hingga bulan tanpa henti setelah kata pergi
Sedangkan aku menikmati musim dingin dengan tertawa bersama temanku sambil melanjutkan hari
Apa benar dia adalah orang yang aku sayang ?
Es yang membeku pada kaca mobil didepan kamarku adalah pertanda musim ini mulai sendu
Bernafas seolah asap yang menggumpal dari mulut sendiri
Aku telah jauh pergi meninggalkan musim gugur hingga sampai pada musim dingin
Sambil memandangi mereka disekitarku yang menjalani hari
Tak ada yang akan merubah apapun setelah keputusan untuk pergi
Orang yang kusayang tetap menjalani hidupnya
Orang yang kusayang tetap melanjutkan harinya
Aku hanyalah alasan untuk tinggal sedangkan pilu yang kuberi selama aku hadir kadang lupa untuk disadari
Sambil menyeruput teh hijau ditemani dentingan piano yang lirih
Aku menuliskan prosa panjang tentang orang yang kusayang
Aku adalah dia yang sayang kepadamu
Musim yang membuatku ingin pergi
Saat musim menyayangimu sudah berganti kemusim menyayangi diriku sendiri
Saat musim menyayangimu aku kerap memaafkan semua hal yang aku tak bisa lihat dari semua harimu
Aku sering pergi keluar diam-diam mencari duniaku sendiri tanpa memberitahumu
Kerap kali aku tertawa bahagia dan lupa bahwa denganmu aku tak selepas itu
Orang yang kusayang adalah kamu yang masih kutemukan tapi diujung kalimatku
Apa kamu orang yang kusayang ?
Aku hadiahkan diriku perpisahan setelah bermusim-musim tinggal bersama orang yang kusayang
Kulangkahkan kakiku pergi jauh menelusuri musim dingin dengan bekal selamat tinggal dan senyum simpul
Aku tak melambaikan tangan dengan benar aku hanya berbisik dalam hati
Walau tanpaku orang yang kusayang tetap menjalani hari seperti biasa
Aku berjanji pada diriku untuk tidak akan melangkahkan kaki untuk kembali
Aku isyaratkan kepergian dengan kalimat singkat “aku harus bahagia” untuk diriku sendiri
Musim dingin dan selimutku terasa begitu nyaman saat kunikmati untuk diri sendiri
Sambil mengetik prosa yang panjang ini sebagai pesan untuk orang yang kusayang
Jangan pernah merasa ragu tentang semua musim yang telah kita habiskan bersama
Karena saat itu adalah aku menyayangimu dan itu benar
Hanya saja musim telah berganti dengan musim berikutnya
Musim menyayangi berikutnya kepada diriku sendiri
Kepada aku orang yang aku sayang
Untukmu penyuka lalapan lele dan tempe goreng
Makan bersamamu adalah kenangan yang paling menyenangkan
Saat itu aku percaya aku pernah bahagia denganmu orang yang kusayang
Dan demikianlah musim membawaku pergi
Dan demikianlah musim membawaku pergi
Ditulis menjelang musim dingin Sydney,
Mei 2020
Angie
Komentar
Posting Komentar